Para pelajar yang mengalami gangguan tidur dan sempat tertidur di kelas tidak hanya berisiko dimarahi guru. Para siswa ini, menurut temuan peneliti, juga berisiko tiga kali lebih besar menderita depresi dibandingkan teman sekelas mereka yang cukup tidur.
"Gangguan tidur dan depresi berjalan bersisian di kalangan remaja," tutur penulis studi Mahmood Siddique DO, seorang spesialis obat tidur dari Robert Wood Johnson Medical School, di New Brunswick."Daripada memberikan obat tidur, saya lebih suka memberikan kesempatan untuk tidur lebih baik dan lebih banyak," imbuh Siddique, seperti dikutip situs health.com, Rabu (9/6).
Para pelajar dalam studi ini melaporkan tidur rata-rata sekitar enam jam di hari sekolah dan sekitar delapan jam di akhir minggu. Jumlah ini jauh lebih sedikit dari jumlah jumlah tidur yang dianjuran American Academy of Sleep Medicine untuk pelajar sekolah (sebanyak sembilan jam).
Peneliti menemukan, angka depresi di antara pelajar sangat tinggi. Sekitar 30 persen menunjukkan gejala-gejala depresi kuat, sedang 32 persen mengalami beberapa gejala depresi.
Para pelajar yang sangat mengantuk di sepanjang siang hari berisiko tiga kali lebih besar menderita gejala depresi kuat dibandingkan teman-teman mereka yang cukup istirahat. Akan tetapi, terang Siddique, masih belum jleas apakah tidur buruk merupakan gejala depresi atau sebaliknya.
"Masuk akal bahwa ngantuk di siang hari berkaitan dengan depresi," terang James Gangwisch, PhD, seorang psikoterapis dan spesialis tidur dari Columbia Universitys College of Physicians and Surgeons, di New York City. (sumber : rileks.com)
No comments:
Post a Comment